Salam kenal namaku Tania Eka Umami Vavarianti. Aku lahir di Ponorogo, 24 Januari 2001. Sekarang aku sudah selesai menempuh pendidikan di SMK Negeri 1 Kota Bekasi jurusan TKJ.

Pages

Minggu, 30 September 2018

Cerpen "Harapan Terakhir Emak"


Harapan Terakhir Emak
(Karya : Tania Eka Umami Vavarianti)


Kokok ayam mulai bersautan, seakan beradu siapa yang lebih gagah dan merdu. Sang surya juga perlahan mulai muncul dari peraduannya, untuk menyinari bumi ini tanpa hentinya. Udara pagi itu terasa sejuk dan embun terlihat dimana-mana. Hal ini karena hujan yang mengguyur semalaman di Desa Trunjungan. Walaupun begitu, cuaca berawan masih menghiasi langit Desa Trunjungan dan membuat sang surya terhalang sinarnya untuk memberikan kehangatan bagi setiap makhluk hidup disana. Cuaca tersebut seakan tau perasaan apa yang dirasakan oleh salah satu penghuni di Desa Trunjungan.

Dialah Mak Asnah, seorang perempuan tua renta yang tinggal seorang diri di dalam gubuk di pinggir eloknya alam Desa Trunjungan. Mak Asnah telah lama menderita sakit, membuat tubuh rentanya hanya tinggal tulang yang terbalut kulit. Kerinduan dan pengharapan Mak Asnah terhadap putri tercintanya yang membuat Mak Asnah bertahan hingga saat ini.

“Kasih.. Kasih.. Kasih.. Mak kangen dengan kamu” ucap Mak Asnah lirih diiringi dengan air mata yang menandakan perasaan rindu di dalam hatinya.

Ingin sekali Mak Asnah bertemu dengan putri tercintanya tersebut, karena penyakit yang semakin lama semakin parah membuat Mak Asnah tidak tau kapan dia akan meninggalkan dunia yang fana ini. Akhirnya, kerinduan yang mendalam membuat pikiran Mak Asnah melayang menembus waktu dimana Kasih masih berada disampingnya.

(Flashback bermula)

“Mak.. Mak.. lihat nih apa yang Kasih gambar.” Ujar seorang gadis kecil seraya berlari menghampiri emaknya yang sedang bekerja di ladang.

“Kasih, jangan lari-lari nanti jatuh.” Teriak emaknya yang bermandikan peluh karena berada di bawah teriknya mentari.

Belum sempat Kasih menghampiri emaknya, dia terjerembab ke salah satu ladang yang berada disitu. Alhasil badannya penuh lumpur dan kakinya pun lecet. Kasih menangis dan dengan segera Mak Asnah menghampiri putri nya tersebut.

“Kasih kamu gapapa? Mana yang sakit nak? Kan emak sudah bilang jangan lari-lari, sekarang kamu jatuh kan?” Ucap Mak Asnah seraya melihat kondisi putrinya.

“Lutut Kasih sakit mak (hiks hiks). Maaf mak, Kasih cuma mau ngasih gambar ini aja. Tadi Kasih gambar sendiri (hiks hiks).” Ucap Kasih terbata-bata disertai dengan tangisnya.

“Anak emak gambar apa? Sini emak liat. Tapi sebelum itu lukanya dibersihin dulu ya, sama mukanya juga dibersihin soalnya sekarang anak emak mukanya lucu kayak dakocan, hahaha.” Goda emak seraya menggendong Kasih ke pancuran di pinggir ladang.

Setelah Kasih telah bersih dari lumpur, mereka pun duduk di saung yang berada di pinggir ladang. Emak Asnah pun melihat hasil gambar yang telah dibuat oleh putri tercintanya.

“Wah anak emak pandai menggambar ya. Makasih sayang atas gambarnya, emak suka.” Ucap Mak Asnah seraya mencium kening Kasih.

“Iya sama-sama mak. Kasih seneng kalau mak juga seneng. Tapi Kasih sedih kenapa Kasih nggk bisa liat bapak. Bapak kemana ya mak?” Tanya Kasih kecil dangan raut wajah yang sangat sedih.

“Kasih nggk boleh sedih, nanti kalau Kasih sedih bapak juga sedih. Kasih bisa ketemu bapak kok tapi bukan sekarang waktunya. Sekarang bapak Kasih sedang menunggu kita di surga. Jadi nanti kita semua berkumpul disana ya.” Ucap Mak Asnah kepada putrinya dengan tangis yang tertahan.

“Iya mak, Kasih akan menunggu hari itu. Kasih akan meminta sama Allah biar kita semua bisa cepat berkumpul. Sekarang Kasih mau sama emak dulu. Kasih sayang banget sama emak. Jangan tinggalin Kasih sendiri ya Mak.” Jawab gadis kecil itu seraya memeluk emaknya.

“Iya Kasih, emak juga sayang sama Kasih. Emak nggk akan meninggalkan Kasih. Kasih rajin belajar ya nak, jadi orang yang berhasil dan juga jangan pernah lupa sama Allah. Sekarang dan seterusnya jangan pernah meninggalkan ibadah ya putriku.” Ucap Mak Asnah kepada Kasih.

“Baik mak..” Jawab Kasih.

Kasih kecil pun sudah semakin besar. Saat itu, Kasih kecil sudah masuk ke Sekolah Dasar. Suatu malam Kasih melihat emaknya sedang menatap ke sebuah foto. Emaknya begitu fokus seraya mengusap-usap foto tersebut.

“Mak, mak sedang apa? Mak melamun ya? Mak sedang melihat foto apa?” Tanya Kasih secara beruntun kepada emaknya.

“Kasih anak emak. Kok kamu belum tidur? Emak sedang melihat foto ini.” Jawab Mak Asnah kepada putrinya.

“Aku belum ngantuk mak. Foto apa itu mak? Wah bagus sekali mak tempat ini, ini dimana mak? Kapan-kapan kita kesana yuk mak.” Ucap Kasih dengan antusias.

“Wah anak emak semangat sekali. Ini namanya kakbah sayangku. Dulu emak sama bapak pengen sekali ke tempat ini, tapi belum bisa.” Jawab Mak Asnah.

“Kenapa belum bisa mak? Pokoknya nanti kalau Kasih sudah besar, Kasih mau ajak emak kesana.. emak mau kan menemani Kasih kesana?” Tanya Kasih kepada emaknya.

“Mau sayangku. Terima kasih ya nak.” Ucap Mak Asnah seraya memeluk Kasih.

“Tapi mak, kok di foto ini kakbah nya rame banget ya. Emang disana ada apa aja sih mak?” Tanya Kasih heran.

“Hahahaha, disana memang selalu ramai sayangku oleh umat Islam. Karena disana tempat kita memenuhi rukun islam kita yang kelima yaitu haji.” Tutur Mak Asnah kepada putrinya.

“Haji itu apa mak?” Tanya Kasih kembali.

“Haji itu merupakan perintah wajib bagi umat Islam yang telah mampu, baik secara fisik maupun secara ekonomi. Perintah haji sendiri sudah ada sejak zaman Nabi Adam AS. Jadi kakbah telah dibuat dari zaman nabi yang pertama. Tetapi kakbah hancur ketika peristiwa banjir bandang pada zaman nabi Nuh AS terjadi, sehingga baru dibangun kembali pada zaman Nabi Ibrahim AS. Jadi pada masa Nabi Ibrahim AS Allah memerintahkan kembali perintah haji. Pada zaman Nabi Ibrahim bukan hanya melakukan tawaf saja, namun juga melakukan ritual haji lainnya yang kita lakukan hingga sekarang yaitu melempar jumroh dan juga sai atau lari-lari kecil. Dan perintah haji tersebut juga turun kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya hingga sekarang ini.” Tutur Mak Asnah panjang lebar kepada putrinya.

“Kasih jadi pengen cepet-cepet pergi kesana sama emak. Kasih janji mau belajar yang rajin, supaya nanti Kasih bisa berhasil dan pergi kesana bersama emak. Doakan Kasih ya mak dan tunggu hingga Kasih bisa menepati janji Kasih kepada emak.” Ucap Kasih dengan kesungguhan dan ketulusan hatinya.

“Emak selalu mendoakan kamu nak.. Terima kasih ya nak telah menjadi anak yang cantik dan sholehah. Kasih anak kesayangan emakk...” Ujar Mak Asnah seraya memeluk erat anak kesayangannya tersebut.

Semakin lama, Kasih tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan berkemauan keras. Kasih juga termasuk anak yang pandai dan rajin di sekolahnya. Selain belajar di sekolah, Kasih juga sering membantu emaknya di ladang.

“Emak, ini bibitnya langsung ditanam saja?” Tanya Kasih kepada emaknya.

“Tunggu Pak Kardi datang dulu baru kamu tanam ya.” Jawab Mak Asnah yang sedang mencangkul ladang.

Belum sempat Kasih menjawab, ternyata emaknya telah jatuh pingsan. Kasih panik karena hal tersebut. Akhirnya Emak Asnah pun dibawa ke rumah oleh para warga.

Di rumah, Kasih mengompres emaknya dengan diliputi perasaan cemas. Kasih sangat panik karena ini adalah pertama kalinya melihat emak yang disayanginya jatuh pingsan. Beberapa saat kemudian, Mak Asnah pun sadar dari pingsannya. Kepala Mak Asnah masih terasa pusing. Namun itu bukanlah sesuatu yang buruk, karena hal buruk yang sebenarnya akan terjadi setelah hari itu.

Semakin hari kondisi Mak Asnah semakin mengkhawatirkan. Namun, Mak Asnah menyembunyikan hal tersebut dari Kasih. Mak Asnah tidak mau menambah beban pikiran Kasih yang saat itu akan lulus dari SMA. Walaupun begitu, Mak Asnah tidak bisa menyembunyikan batuknya dari Kasih karena batuk tersebut makin hari makin sering dan juga semakin parah. Bahkan tak jarang batuk tersebut mengeluarkan darah juga. Namun, Mak Asnah tetap berusaha menutupi itu semua dari putri kesayangannya.

“Uhuk.. Uhukk.. Uhuk.” Batuk Mak Asnah kembali menjadi.

“Emak semakin hari semakin parah batuknya. Minum dulu ya mak. Kita ke dokter aja yuk mak, Kasih nggk tega liat emak batuk terus setiap hari.” Ucap Kasih dengan diliputi perasaan cemas.

“Emak gapapa Kasih. Ini cuma batuk biasa kok, nanti minum obat di warung juga sembuh. Kasih nggk perlu khawatir ya.. Owh iya bagaimana tadi sekolah Kasih? Seru nggk? Trus pelajarannya Kasih mengerti kan?” Jawab Mak Asnah seraya mengalihkan topik pembicaraan.

“Sekolah Kasih menyenangkan mak. Jadi tadi bla.. bla.. bla..” Tutur Kasih tiada henti menceritakan kejadian di sekolahnya.

Semakin lama kondisi Mak Asnah semakin payah. Namun Mak Asnah tetap menyembunyikan itu dari Kasih. Walaupun begitu, Kasih akhirnya tau bahwa emaknya mengidap penyakit yang serius. Bersamaan dengan itu, Kasih juga mendapatkan beasiswa ke kota yang pilihan jurusannya sesuai dengan keinginan Kasih.

“Mak, kenapa emak nggk jujur kalau emak sakit parah?” Tanya Kasih dengan kesedihan kepada emaknya.

“Maaf Kasih, emak nggk mau buat Kasih khawatir. Mak gapapa kok Kasih, mak masih kuat.” Jawab Mak Asnah menenangkan putrinya.

“Kalau kayak gini Mak malah buat Kasih khawatir. Kalau Kasih bisa ingin sekali Kasih membawa emak berobat ke kota.” Ucap Kasih dengan deraian air mata yang sudah tak dapat ditahannya.

“Makasih ya Kasih.” Ucap Mak Asnah dengan tangis yang tertahan.

“Mak sebenarnya Kasih mendapatkan beasiswa ke kota dan jurusannya juga terserah pilihan Kasih. Kasih ingin pergi kesana untuk menjadi dokter dan bisa menyembuhkan emak.” Ujar Kasih dengan ragu-ragu.

“Alhamdulillah, selamat ya nak.”Ucap Mak Asnah dengan bahagia.

“Tapi mungkin aku akan membatalkan beasiswa itu mak.” Tutur Kasih dengan kesedihan.

“Kenapa kamu batalkan Kasih? Sebaiknya kamu harus kesana untuk mengejar cita-citamu.” Ucap Mak Asnah tidak percaya.

“Kasih nggk mau ninggalin emak. Kasih nggk mau pergi disaat mak sedang sakit. Lebih baik Kasih bekerja di ladang mencari uang untuk pengobatan emak.” Jawab Kasih dengan air mata yang bercucuran.

“Kasih kamu jangan seperti itu. Kamu harus ambil kesempatan itu, Mak akan mendoakan dan menunggu kamu disini. Pasti anak emak bisa berhasil dan Kasih pasti akan kembali menjemput emak.” Ucap Mak Asnah meyakinkan putrinya.

“Baiklah mak, Kasih akan berjuang disana. Kasih akan berusaha menjadi dokter yang hebat supaya bisa menyembuhkan emak. Kasih janji akan menjemput emak dan nanti kalau emak sudah sembuh kita bisa pergi ke Tanah Suci bersama-sama. Tunggu Kasih ya mak.” Ucap Kasih memantapkan tekad seraya memeluk emaknya.

Kasih pun pergi ke kota meninggalkan Mak Asnah seorang diri. Senyuman terakhir Kasih sebelum pergi ke kota sangat melekat di dalam benak Mak Asnah.

(Flashback berakhir)

 Sakit kepala hebat membuat lamunan Mak Asnah menjadi buyar. Kala itu tenggorokan Mak Asnah seakan tercekat dan tubuhnya juga bergetar hebat. Akankah ajalnya tiba terlebih dahulu dibandingkan pertemuan dengan putri tercintanya? Ternyata ajal Mak Asnah menang dan tiba terlebih dahulu. Malaikat Izrail telah datang untuk mencabut ruh perempuan renta itu. Akhirnya Mak Asnah pun menghembuskan nafas terakhirnya disertai dengan seluruh kerinduan dan pengharapan kepada putri tercintanya yang jauh disana.

(Di sisi lain pada saat yang bersamaan)

“Prraangg” Sebotol air raksa jatuh karena kecerobohan seorang gadis.

“Kasihh!! Hati-hati kalau sedang bekerja! Jangan melamun atau itu bisa membahayakan semuanya! ” Tegur seorang dokter pembimbing dengan tegasnya.

“Baik pak, maafkan saya. Entah mengapa perasaan saya sedang tidak enak, saya sangat merindukan emak saya di kampung. Sekarang saya akan lebih berhati-hati pak.” Jawab gadis itu sambil membersihkan tumpahan dan pecahan air raksa.

“Ya Allah, semoga saja emak baik-baik saja disana. Emak.. Kasih akan segera pulang setelah menyelesaikan ini semua. Kasih akan menjadi dokter dan bisa menyembuhkan emak. Tunggu Kasih disana ya mak” Ucap Kasih di dalam hati.

“Pokoknya aku akan mengejutkan emak setelah pulang nanti. Semangat Kasih.. Aku harus segera menyelesaikan ini dan segera pulang ke kampung. Tidak sabar sekali aku ingin bertemu dengan emak.” Ungkap Kasih dengan riang untuk menumbuhkan semangatnya kembali.

Satu bulan kemudian, akhirnya Kasih menyelesaikan pendidikan dan pekerjaannya di kota. Sekarang Kasih telah berhasil menjadi seorang dokter. Dengan segera Kasih pun berangkat ke Desa Trunjungan untuk bertemu dan menjemput emak yang dikasihinya. Di sepanjang perjalanan, hati Kasih terus berdebar karena akan bertemu kembali dengan emak yang sangat disayanginya. Ingin rasanya, bus yang ditumpanginya berjalan amat cepat supaya Kasih bisa segera bertemu dengan emaknya. Setelah sekian lama di perjalanan, akhirnya Kasih sampai di kampung halamannya yang elok nan asri yaitu Desa Trunjungan.

Kicau burung mengikuti langkah Kasih menuju ke rumah yang sudah lama ditinggalkannya. Dan ketika rumah mungil berbentuk gubuk tersebut sudah terlihat, Kasih berlari kecil menghampiri rumah tersebut.

“Assalamu’alaikum Mak... Mak Kasih pulang.. Kasih sudah berhasil menjadi dokter mak.” Ucap Kasih seraya menggedor pintu rumah tersebut.

“Mak Kasih sudah pulang. Mak ada di rumah? Kasih sudah pulang Mak.” Ucap Kasih sekali lagi memanggil ibunda kesayangannya.

Mendapati Emaknya tidak ada di rumah, Kasih pergi ke sekitar rumah untuk mencari emaknya. Saat sedang berkeliling, Kasih bertemu dengan Bu Sani yang merupakan tetangga dekat Kasih dan ibunya sejak dahulu.

“Bu Sani, apa kabar? Ini Kasih bu.” Ucap Kasih menyapa Bu Sani.

“Alhamdulillah baik. Beneran ini Kasih? Kasih anaknya Emak Asnah kan? Wah Kasih udah besar dan cantik ya sekarang.” Jawab Bu Sani dengan gembira.

“Hehehe, makasih bu, ibu bisa saja. Bu apakah ibu melihat emak saya? Saya ingin sekali bertemu dengannya. Maklum udah kangen banget bu, hehehe. Tadi saya udah cari di rumah tapi emak nggk ada. Ibu tau emak kemana bu?” Tanya Kasih kepada Bu Sani.

“Kasih mencari Emak Asnah ya.. Hmm, ibu tau kok Emak kamu kemana.. hmm, bagaimana ya ibu harus memberitahunya.. Ibu minta Kasih yang sabar ya, Kasih harus ikhlas. Emak Kasih sudah pergi meninggalkan kita semua satu bulan yang lalu.” Ucap Bu Sani dengan raut wajah yang sedih.

“Apa bu? Ini semua tidak mungkin kan bu, ibu pasti sedang bercanda kan? Katakan sama Kasih bu kalau itu semua nggk benar! Semua itu cuma bercanda kan bu? Mungkin sekarang emak lagi kerja di ladang bu, Kasih mau menyusul emak kesana.” Ucap Kasih seraya berlari menuju ladang tempat Mak Asnah biasa bekerja.

“Kasih tunggu !! Kamu harus ikhlas dan menerima semuanya.” Teriak Bu Sani seraya mengejar Kasih.

Tubuh Kasih terasa bergetar hebat. Hatinya remuk mendengar jawaban Bu Sani. Dunia di sekitarnya seperti berhenti berputar. Kasih pun terjerembab ke tanah ketika berlari menuju ladang.

“Emakkkk.. Emak tidak meninggalkan Kasih kan? Emak masih menunggu Kasih kan? Mak Kasih sudah menjadi dokter, Kasih akan membawa emak ke kota untuk mengobati Emak disana. Makkk... Makk masih disini kan? Kasih rindu emak.. Kasih pulang mak, Kasih pulang..” Teriak Kasih berharap emaknya akan datang menemui dirinya.

Akhirnya Kasih pun tidak sanggup menghadapi semua kenyataan itu. Dunia di sekitarnya seketika menjadi gelap dan Kasih pun pingsan.

Senja telah tiba di Desa Trunjungan. Alam Desa Trunjungan yang elok berpadu dengan langit senja yang menawan pasti memanjakan setiap insan yang melihatnya. Namun, keindahan itu tidak berlaku untuk seorang gadis belia yang telah kehilangan harapan. Iya dialah Kasih. Seorang gadis yang baru saja harus menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan satu-satunya orang yang dicintainya. Seorang gadis yang telah kehilangan harapan dan arah. Dan seorang gadis yang telah hancur serta kehilangan perasaan kasihnya.

Kasih sangat terpukul dan menyalahkan dirinya sendiri atas kematian ibunda yang sangat dicintainya. Mengapa Kasih tidak datang lebih cepat menjemput emak? Mengapa Kasih tidak bisa menemani emak dikala emak sedang kepayahan menghadapi penyakitnya bahkan sampai menghadapi kematiannya? Mengapa Kasih membiarkan emak sendirian dan kesepian disini? Mengapa Kasih bisa gagal memenuhi janji kepada emak ketika Kasih akan pergi ke kota? Mengapa semua ini harus terjadi kepada Kasih dan emak? Semua pertanyaan itu terus menerus terngiang di kepala Kasih. Membuat Kasih semakin tenggelam di dalam penyesalan dan kesedihan yang amat mendalam.

Rumah gubuk kecil tempat Kasih terbangun saat ini menyimpan berjuta kenangan. Ketika Kasih membayangkan emaknya kesepian disini dengan menahan sakit dan juga rindu, dada Kasih terasa sesak. Penyesalan itu terasa menyiksa Kasih dengan kejamnya. Perlahan Kasih menyusuri setiap sudut rumah gubuk kecilnya tersebut dengan langkah gontai dan linglung. Pikirannya pun masih terus melayang tak tentu arah. Saat sedang melihat lemari emaknya, Kasih menemukan amplop berwarna pink lusuh yang menarik perhatiannya. Kasih bertanya dalam hati, amplop apakah itu? Sepertinya amplop itu sudah lama berada disitu karena terlihat dari warnanya yang mulai pudar.

Dengan hati bertanya-tanya Kasih membuka amplop tersebut. Ternyata amplop pink itu berisi surat dari Emak Asnah untuk putri tercintanya yaitu Kasih. 

Teruntuk Kasih yang mungil nan cantik,

Kasih, apa kabar? Pasti Kasih sekarang sudah tumbuh besar dan cantik ya? Emak kangen banget sama Kasih. Emak disini menunggu Kasih loh. Emak sekarang udah jarang bekerja di ladang, maklum umur emak semakin tua dan kadang pinggangnya juga sakit.

Emak kangen bercanda sama putri kecil emak yang satu ini. Pengen deh cubit pipi Kasih yang menggemaskan itu. Kasih pasti kaget ya emak buat surat untuk Kasih? Ini surat dari emak loh karena emak sudah bisa menulis. Pertama memang sulit belajar menulis, tapi buat putri kecil emak yang paling emak sayang pasti akan emak lakukan.

Kasih putriku, mungkin saat Kasih menemukan surat ini, emak sudah bahagia di surga sana. Mungkin emak juga belum sempat bertemu Kasih lagi dan malah emak sudah meninggalkan Kasih. Maafkan emak tidak bisa menepati janji emak untuk menunggu Kasih lebih lama.

Emak mohon kepada Kasih, jangan sedih ya atas kepergian emak. Kasih jangan menangis, emak disini selalu untuk Kasih. Kasih jangan menyalahkan diri Kasih sendiri juga, karena emak sudah bahagia disini. Emak bahagia melihat Kasih sudah tumbuh besar dan berhasil seperti sekarang ini. Itu berarti emak berhasil mendidik putri kecil kesayangan emak ini. Kasih jangan sedih lagi ya, ini semua bukan salah Kasih. Ini semua sudah takdir dari Allah dan putri emak pasti bisa melewatinya.

Emak hanya meminta kepada Kasih untuk meneruskan cita-cita kita pergi ke Tanah Suci. Maaf ya emak nggk bisa menemani Kasih disana. Emak minta Kasih selalu mendoakan Emak. Karena doa anak yang sholehah seperti Kasih pasti akan didengar oleh Allah. Kasih, jaga dirimu baik-baik yo ndok. Emak sayang Kasih. Emak selalu bersama Kasih dan Kasih juga tidak akan pernah sendiri. Tersenyumlah putri kecilku, tersenyumlah kekasih hati emak.

Seraya membaca surat tersebut, air mata Kasih berlinang membasahi pipi dan juga surat yang dipegangnya. Kasih merasa seakan emak yang dicintainya hadir kembali lewat surat itu. Akhirnya Kasih pun sadar bahwa emaknya memang akan selalu menemani Kasih walaupun secara tidak langsung. Semangat hidup Kasih yang sebelumnya menghilang pun sekarang telah kembali. Kasih pun bertekad untuk terus melanjutkan hidup demi emaknya dan juga berusaha ikhlas menerima semua kenyataan yang sedang dihadapinya sekarang ini.

Keesokan harinya, Kasih mengunjungi tempat peristirahatan terakhir ibunda yang disayanginya. Kasih mencoba tegar di depan makam emaknya. Kasih mendoakan emaknya dan bercerita mengenai keadaannya yang sekarang. Kasih pun membayangkan bahwa saat itu emaknya juga sedang tersenyum kepada Kasih dari atas sana. Itu membuat Kasih juga tersenyum dan berharap dapat bertemu serta memeluk emaknya kembali suatu saat nanti.

5 tahun telah berlalu. Akhirnya Kasih dapat memenuhi cita-cita dirinya dan juga emaknya dengan menginjakkan kaki di Tanah Suci untuk melaksanakan rukun islam yang kelima. Tangis bahagia Kasih rasakan kala itu ketika bisa melihat kakbah secara langsung tanpa melalui foto lagi. Kasih menjalankan satu-persatu rangkaian ibadah haji dengan khusyuk. Selain itu, Kasih juga berlomba-lomba dengan jamaah lainnya untuk dapat menyentuh kakbah. Dan ketika Kasih berhasil menyentuhnya, Kasih berdoa supaya emaknya bisa mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah dan Kasih bisa bertemu emak kembali di surga nanti. Sekilas Kasih mengharapkan emaknya dapat bersama Kasih disini. Namun perasaan itu segera ditepisnya, karena emak akan selalu bersama Kasih. Walaupun jiwa dan raganya telah tiada, namun hati dan perasan Emak Asnah selamanya bersama Kasih, putri yang sangat dicintai dan disayanginya.

~Tamat~

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

For Reader

Jangan lupa comment and share ya.. Semoga respon dari reader dapat menambah semangat penulis dan untuk membuat blog ini menjadi lebih baik lagi. Semoga materi dan postingan dalam blog ini dapat bermanfaat bagi kalian semua. Salam hangat, Tania :)

From Me

Berusahalah terus untuk meraih cita-citamu. Jangan pernah menyerah dan berhenti untuk berjuang. Apabila kau sedang terjatuh, kembalilah bangkit dan buktikan pada dunia bahwa kau mampu.

Happy Reading All

Diberdayakan oleh Blogger.

I want to be a useful person

From Me

Berusahalah terus untuk meraih cita-citamu. Jangan pernah menyerah dan berhenti untuk berjuang. Apabila kau sedang terjatuh, kembalilah bangkit dan buktikan pada dunia bahwa kau mampu.

Sample Text

Social Icons

Followers

Social Icons