Cahaya Kehangatan
(Karya : Tania Eka
Umami Vavarianti)
Sinar
mentari memasuki kamarku melewati jendela besar itu. Membuat diriku terbangun
dan tidak bisa terjun kembali ke mimpi indahku. Padahal aku ingin sekali
bermimpi selamanya untuk meninggalkan kehidupanku yang sepi ini. Oh iya
bodohnya aku yang langsung mengeluh kepada kalian tanpa memperkenalkan diriku
terlebih dahulu. Namaku Kirana Francesca. Aku merupakan seorang anak tunggal
dari pengusaha minyak terbesar di kotaku. Aku kelas XI IPA di salah satu
sekolah ternama. Pasti kalian berfikir bahwa kehidupanku sempurna. Memang saat
ini aku terlihat memiliki segalanya.
Namun
apakah kalian tau arti dari rasanya kesepian? Rasanya menjadi bayangan di dunia
ini yang bahkan tidak diperhatikan sama sekali. Perasaan ini membuat diriku
semakin rapuh dan terhanyut dalam kesendirian yang menyakitkan. Sejak kecil aku
memang tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kasih sayang yang sesungguhnya.
Orang tuaku selalu pergi mengurus pekerjaannya dan meninggalkan diriku bersama
pembantu-pembantu di rumah megah ini. Merekapun tidak pernah membiarkan aku
keluar untuk berteman dengan anak-anak seusiaku. Membuatku seperti burung yang
terkurung dalam sangkar. Tidak pernah terbang bebas menyelami keindahan dunia
luar. Dan akhirnya menjadikanku payah dalam bergaul dan tertelan oleh rasanya
kesepian.
Sekolah
hari itu tiada berbeda dengan hari-hari lainnya. Hanya mendengarkan beribu kata
tentang materi yang diajarkan dan mengerjakan tugas yang menumpuk tiada
habisnya. Baru kemudian aku pergi mengunjungi teman kecilku untuk menghanyutkan
diriku kedalamnya. Iya, aku sering mengunjungi perpustakaan untuk bertemu teman
kecil pelipur rasa sepiku. Memang lucu aku hanya memiliki buku-buku yang
tersusun rapi itu sebagai teman ku. Tetapi itulah kesukaannku untuk terjun ke
dalam dunia fantasi cerita untuk melupakan rasa kesepianku. Saat aku sudah
memilih buku yang ingin kubaca, aku bergegas untuk mencari tempat duduk yang
kosong. Namun cerobohnya diriku saat aku menabrak seseorang hingga membuat
semua bukunya terjatuh.
Tentu
aku sangat merasa bersalah kepadanya. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan,
aku hanya bisa membantu membereskan bukunya dan mengucapkan kata maaf. Dia pun
menerima permintaan maafku dan mengajakku duduk di salah satu sudut
perpustakaan. Saat itu terlihat olehku sosok laki-laki yang ramah dengan
senyuman manis menghiasi wajahnya duduk dihadapanku. Dia memperkenalkan dirinya
bernama Arkan Widyatama dari kelas XI IPS. Dan aku hanya bisa berkata bahwa
namaku Kirana dengan terus menatap buku cerita ditanganku. Setelah itu, Arkan
menanyakan beberapa pertanyaan lagi kepadaku dan aku hanya bisa menjawab
seperlunya saja. Sungguh aku ini sangat payah saat berhadapan dengan orang
lain. Menjadikan akhir dari perbincangan kami menjadi sunyi karena kami telah
terhanyut ke dalam buku masing-masing.
Hari
demi hari kulalui di sekolah dengan berakhir menghanyutkan diriku di
perpustakaan sekolah itu. Dan sejak saat itu semakin sering pula aku bertemu
dengan Arkan. Arkan selalu menghampiriku disaat aku sedang sendirian terhanyut
ke dalam buku bacaanku. Dia selalu mengajakku berbincang dan menanyakan
keadaanku hari itu. Semakin sering dia
bersamaku membuatku semakin terbiasa untuk berbincang bersamanya. Membuatku
lebih pandai untuk bergaul walau hanya bergaul dengannya saja. Dan yang
terpenting dia telah membuatku memiliki teman pertama yang nyata bagiku.
Sungguh
aku sangat bersyukur dapat mengenalnya. Saat ini, aku pergi ke perpustakaan
bukan hanya untuk menemui teman kecilku, namun juga untuk bertemu dengan Arkan.
Aku memang tidak tau mengapa Arkan sering sekali berkunjung juga ke
perpustakaan. Tetapi melihat senyumnya yang hangat dan bersenda gurau
bersamanya telah membuat hari ku lebih berwarna. Aku sekarang dapat lebih
melupakan rasa kesepianku. Aku juga menceritakan segalanya kepada Arkan, bahkan
tentang orangtuaku. Dan dengan sabarnya, dia mendengarkan semua ceritaku. Arkan
pernah berkata kepadaku bahwa saat aku merasakan kesepian, buatlah burung dari
kertas yang telah ditulis semua perasaanku saat itu. Aku pun melakukan hal itu,
membuat kamarku penuh dengan banyak sekali burung kertas.
Hari
itu aku mengunjungi perpustakaan seperti biasanya. Namun saat itu langit
terlihat suram dengan hujan rintik menghiasinya. Entah kenapa aku tidak bisa
terhanyut ke dalam buku yang berada di genggamanku. Saat itu aku hanya bisa
memikirkan Arkan yang memenuhi kepalaku. Entah kenapa aku merindukan
kehadirannya. Memang sudah dua hari aku tidak bertemu dengannya. Tetapi selain
itu ada perasaan aneh yang menghinggapi diriku saat tidak bertemu dengan Arkan.
Oh aku tidak suka merasa seperti ini. Namun kemana perginya Arkan yang selama
ini menemaniku, aku sangat merindukan dirinya.
Hari
berikutnya aku masih memikirkan Arkan dan menunggunya di perpustakaan. Berharap
dia datang dan memberikan diriku kehangatan dengan senyumannya itu. Akhirnya
sosok yang aku rindukan selama ini menampakkan rupanya. Terlihat Arkan memasuki
perpustakaan dengan wajah yang sedikit pucat. Aku pun menyapa Arkan dan
menawarkan dia untuk duduk di hadapanku. Aku segera menghujaninya dengan beribu
pertanyaan. Aku menanyakan kenapa dia tidak mengunjungi perpustakaan lagi,
kemana dia pergi selama ini, dan yang terpenting mengapa saat ini dia terlihat
pucat. Arkan hanya bisa menjawab bahwa dia baru saja pulang dari Singapura dan
mungkin dia hanya letih makanya terlihat pucat. Arkan juga berkata bahwa
mungkin ini adalah pertemuan mereka yang terakhir karena Arkan akan pindah ke
Singapura dan itu adalah hari terakhirnya di sekolah. Mendengar jawaban dan
pernyataan Arkan yang seperti sambaran petir itu, aku hanya bisa terdiam dengan
hati yang teramat sedih mengingat teman pertama dan satu-satunya bagiku akan
pergi meninggalkanku. Saat itu aku hanya bisa tersenyum dan mengatakan
perpisahan kepada Arkan serta rasa terima kasihku karena telah menemani diriku
selama ini. Arkan pun juga tersenyum dan berkata kepadaku untuk segera
melepaskan rasa kesepianku supaya aku dapat selalu bahagia. Akupun berjanji
kepadanya untuk melakukan hal itu walaupun saat itu aku tau bahwa kebahagiaanku
hanya ada saat bersama dirinya. Sungguh hari itu tidak terlukiskan betapa
sedihnya diriku melepas kepergian Arkan.
Sudah
dua minggu berlalu semenjak hari itu. Aku sekarang kembali terhanyut ke dalam
teman kecilku yang selama ini sudah lama aku tinggalkan karena kehadiran
seseorang. Dan disaat seseorang itu pergi aku seperti kembali menjadi diriku
yang semula. Menjalani hari-hariku yang sepi dan bahkan lebih sepi dibandingkan
hari-hariku disaat seseorang itu belum hadir ke dalam kehidupanku. Jujur saat
ini aku masih merindukan Arkan dan kenangan bersamanya seolah terus mengalir di
dalam pikiranku. Hari itu aku dikejutkan dengan sebuah surat yang datang entah
darimana disertai dengan puluhan burung kertas yang terangkai dengan indahnya.
Aku perlahan membuka dan membaca surat itu.
Dear Kirana,
Bagaimana keadaanmu saat ini? Apakah
kau masih merasakan kesepian? Semoga kamu sudah dapat menepati janjimu padaku
saat itu.
Maaf aku tidak bisa menemanimu lagi.
Maaf karena saat itu aku tidak berterus terang kepadamu. Sekarang ini aku
sedang berada di Singapura untuk menjalani pengobatanku. Sungguh leukemia yang
menemaniku selama dua tahun ini membuatku hampir menyerah. Namun dengan
mengenal dirimi aku bertekad untuk sembuh. Aku ingin menemui dan bersenda gurau
bersamamu suatu saat nanti.
Aku berharap saat aku kembali nanti,
dirimu sudah berubah dan dapat melepaskan kesepian yang menjeratmu selama ini.
Jangan kau pikirkan diriku lagi untuk saat ini. Lebih baik kau fokus untuk
mencari kebahagiaan dan meraih cita-citamu itu. Semoga takdir dan waktu dapat
mempertemukan kita kembali suatu saat nanti.
Salam hangat,
Arkan Widyatama
Air
mataku berlinang setelah membaca surat itu. Sungguh tak kusangka saat ini
dirinya sedang menghadapi leukemia. Aku hanya dapat berdoa dan mengharap
kesembuhannya. Aku pun bertekad mulai saat itu aku akan menepati janjiku
kepadanya. Aku akan berubah dan berusaha melepaskan diriku dari segala kesepian
yang menjeratku. Aku akan lebih terbuka dan berusaha mencari kebahagiaanku
sendiri. Aku akan selalu menanti teman pertamaku untuk kembali dengan membawa
kehangatan senyumnya yang selalu kurindukan selama ini.
THE END